H A L U A N S i s w a | Bersahsiah, Dekat Bererti
Monday, November 14, 2011
Kem Minda Kreatif Kembali!
Saturday, August 6, 2011
Kefahaman Al Quran Melahirkan "Total Action"
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeza (antara yang haq dan yang batil).” (Al-Baqarah:185)
Tidak ada kitab yang memiliki pengaruh yang besar, baik isi mahupun bacaannya kepada kehidupan manusia selain Al Quran. Sepanjang sejarah Islam, tidak pernah surut manusia mempelajari, mengamalkan dan memperjuangkan isi Al Quran. Inilah kitab penyelamat, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
“Memuatkan cerita orang-orang sebelum kamu dan mengkhabarkan orang-orang sesudah kamu. Ia merupakan hukum di antara kamu. Pemimpin yang meninggalkannya akan dihancurkan Allah, siapa yang mengambil petunjuk selainnya, akan Dia sesatkan. Ia merupakan tali yang amat kuat, peringatan Al-Hakim, dan jalan yang lurus. Dengannya hawa nafsu tidak akan tergoncang dan lisan tidak akan ceroboh. Ulama tidak akan kenyang memakannya, keajaibannya tidak akan pernah luntur. Siapa berucap dengannya maka akan benar. Siapa mengamalkannya akan mendapat pahala. Siapa yang menggunakan hukumnya bererti adil dan siapa yang mengajak kepadanya, akan ditunjukkan Jalan yang lurus”. (HR Tirmidzi)
Bercinta Dengan Al Quran…
Ramadhan adalah bulan imarahnya cinta bersama Al Quran. Rasulullah SAW ada bersabda mengenainya; “Puasa dan Al Quran itu akan memberikan syafaat kepada hamba di hari kiamat. Puasa akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalangi-nya dari makan dan syahwat, maka perkenankanlah aku memberikan syafa‘at untuknya.’ Sedangkan Al-Quran akan berkata, ‘Ya Rabbi, aku telah menghalanginya dan tidur di malam hari, maka perkenankan aku memberikan syafa’at untuknya. ‘Maka Allah memperkenankan keduanya memberikan syafaat. ” (HR. Imam Ahmad dan Ath Thabrani)
Persoalannya kini sudah sejauhmana kuasa cinta itu menyerap pada diri kita? Apakah Al Quran yang kita baca telah melahirkan umat yang memiliki Aqidah yang benar, sepertimana yang telah dilahirkan oleh generasi pertama saat memulakan dakwah ini, kuasa dan pengaruh cinta mereka kepada Al Quran amat luarbiasa sehingga menggoncangkan dunia.
Persoalan inilah yang sering bermain-main di minda saya. Masih terlalu kerdil usaha saya bercinta dengan Al Quran. Teringat akan kata-kata seorang murabbi saya;
“Al Quran perlu menjadi manhaj hayah (sistem kehidupan) dalam diri kita. Tanpa al Quran bererti kita mengambil sistem yang lain sebagai pacuan kehidupan. Beruntunglah manusia yang mahu dan mampu berinteraksi dengan Al Quran dan rugilah manusia yang mensia-siakan dan meninggalkan Al Quran. Tidak ada dakwah tanpa Al Quran. Dan tidak akan ada keberkatan serta keaslian suatu jamaah atau organisasi dakwah tanpa interaksi mendalam dengan Al Quran”.
Kata-kata beliau menyebabkan saya berfikir, bercinta dengan Al Quran bermula dengan mem”besar”kan Allah SWT dalam setiap saat kehidupan kita dan dalam setiap aktiviti dan kegiatan harian kita, bukan sekadar di bulan Ramadhan kita cakna dengan Al Quran. Al Quran mencairkan dan melenyapkan nilai-nilai ketuhanan yang lain dan memperakui hanya sanya Allah SWT Rabb dan Illah yang satu. Menjadi hamba Allah di setiap bulan dan tahun yang kita lalui, bukan hanya di bulan Ramadhan. Inilah persoalan besar yang di bawa oleh Al Quran, menyelesaikan persoalan Aqidah, membina nilai keimanan yang total hanya kepada Allah SWT. Mungkinkah saat ini kita dan umat sedang menghadapi krisis keimanan? Krisis aqidah yang tidak bulat kepada Allah SWT.? Krisis cinta kepada Allah SWT.?
Aqidah Melahirkan Aksi Umat
Kata Imam Hasan Al Banna, kita akan mendapati bahawa Al-Quranul Karim banyak menjelaskan masalah aqidah dan menarik perhatian kepada apa yang seharusnya tertanam sungguh-sungguh di dalam jiwa seorang mukmin, agar ia mampu mengambil manfaatnya di dunia dan di akhirat. Keyakinan bahawa Allah SWT adalah Yang Maha Esa, Yang Mahakuasa, Yang menyandang seluruh sifat kesempurnaan dan bersih dari seluruh kekurangan. Kemudian keyakinan kepada hari akhirat, agar setiap jiwa dihisab tentang apa sahaja yang telah dikerjakan dan ditinggalkannya. Jika kita menamati ayat-ayat mengenai aqidah dalam Al-Quran, nescaya kita mendapati bahawa keseluruhannya mencapai lebih dari sepertiga Al-Quran. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah,
“Hai manusia, beribadahlah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untuk kalian; kerana itu janganlah kalian mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah padahal kalian mengetahui.” (Al-Baqarah: 21-22)
Allah SWT juga berfirman dalam surat Al-Mukminun,
“Katakanlah, Kepunyaan siapa-kah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kalian mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kalian tidak ingat?’ Katakanlah, ‘Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘Maka apakah kalian tidak bertaqwa?’ Katakanlah, ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya, jika kalian mengetahui?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kalian ditipu?’ Sebenar-nya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta.” (Al-Mukminun: 84-90)
Allah SWT juga berfirman
“Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak pula mereka saling bertanya. Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikannya) maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangan (kebaikannya), maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam.” (Al-Mukminun: 101-103)
Allah SWT juga berfirman,
“Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya. Dan manusia bertanya, ‘Mengapa bumi (jadi begini)?’ Pada hari itu bumi menceritakan beritanya. Kerana sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Az-Zalzalah: 1-8)
Allah SWT berfirman lagi,
“Hari Kiamat. Apakah hari Kiamat itu? Tahukah kalian apakah hari Kiamat itu?” (Al-Qari’ah: 1-3)
Dalam surat lain Allah berfirman,
“Bermegah-megahan telah melalaikan kalian. Sampai kalian masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu). Dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui.” (At-Takatsur: 1-4)
Al Quran bicara kepada kita persoalan aqidah, keimanan dan akhirat. Dan dengan persoalan ini telah melahirkan generasi pertama yang disebut sebagai generasi Al Quran yang unik. Aqidah yang satu telah melahirkan generasi yang “bekerja” untuk Islam, untuk dakwah dan untuk memenangkan Islam. Ya! Generasi amilin, pekerja Islam!
Kekuatan aqidah yang kita harus faham ialah aqidah yang melahirkan tindakan dan aksi dari ummat. Sabda Rasulullah SAW;
“Bukanlah iman itu dengan berangan-angan, bukan juga dengan perhiasan tetapi ia adalah sesuatu yang menetap di dalam hati dan dibenarkan dengan ‘amal”.
Evaluasi Realiti Umat
Mungkinkah “dibenarkan dengan amal” masih tidak power aksinya dari umat Islam? Mari kita jujur merenung sebentar keadaan umat! Apa yang dapat anda rumuskan, situasi umat di Timur Tengah, di Palestin, di Sudan, di Indonesia, di Bosnia, di Iraq, di Selatan Thai dan di bumi tercinta Malaysia.
Saya memetik kata-kata Al-Ustaz Abu A’la Al-Maududi;
“Kita semua menamakan diri kita orang-orang Muslim, dan kita yakin Allah melimpahkan rahmatNya kepada orang-orang Muslim. Tetapi marilah kita buka mata kita dan kita lihat apakah rahmat Allah dilimpahkan kepada kita atau tidak. Apa pun yang terjadi di akhirat, itu adalah urusan nanti, tetapi yang penting marilah kita lihat kedudukan kita di dunia ini. Kita kaum Muslimin yang miliki bilangan yang cukup besar di dunia ini. Jumlah kita demikian besar sehingga bila masing-masing kita melemparkan sebuah batu, maka tumpukan batu itu akan menjadi sebuah gunung. Tetapi di negeri yang begitu banyak orang-orang Muslimnya ini, pemerintahan dunia berada di tangan orang-orang kafir. Tengkuk kita berada dalam cengkeraman tangan mereka, dan mereka memutar kepala kita ke arah mana saja yang mereka sukai. Padahal seharusnya kepala kita tidak kita tundukkan di depan siapa pun juga kecuali Allah, tetapi sekarang tertunduk di hadapan manusia-manusia yang sama seperti kita juga. Kehormatan kita yang mestinya tidak boleh dinodai oleh siapa pun juga, sekarang belumuran tanah. Tangan kita yang selama ini selalu di atas sekarang berada di bawah dan menadah di hadapan orang-orang kafir. Kebodohan, kemiskinan dan hutang telah merendahkan darjat kita di mana-mana”.
Bukankah solusinya kita seharusnya kembali kepada Al Quran? Dan di sepanjang Ramadhan muncul, apakah kita masih tidak menjumpai jalan keluar akan kelesuan umat ini? Sebenarnya Al Quran sudah memberikan jawapannya, namun yang menjadi penghalang besar adalah sikap kita kepada Al Quran dan memberi respon kepada Al Quran tidak sama sebagaimana sikap dan respon para sabahat RA terhadap Al Quran.
Sikap Umat Pada Al Quran
Saya memetik kata-kata Al-Ustaz Abu A’la Al-Maududi lagi;
“Kita adalah satu-satunya umat yang paling beruntung di dunia sekarang ini, kerana kita memiliki Wahyu Allah yang terpelihara dalam keadaan utuh dan dalam bentuknya yang asli, bebas dari kekotoran campur tangan manusia. Setiap kata-kata yang ada di dalamnya masih tetap sama dengan waktu ia diturunkan kepada Rasulullah SAW. Namun umat Islam ini juga adalah orang-orang yang paling malang di dunia ini, kerana, walaupun mereka memiliki Wahyu Allah tetapi mereka tidak dapat memperoleh berkat dan manfaat Wahyu tersebut, yang sebenarnya tidak terhitung banyaknya itu. Al-Quran diturunkan Allah kepada mereka agar mereka membacanya, memahami isinya dan berbuat menurut petunjuknya. Dan dengan pertolongan Kitab ini, mereka disuruh untuk menegakkan pemerintahan di muka bumi Allah ini yang berfungsi sesuai dengan hukum Allah. Al-Quran datang untuk memberikan kepada mereka kebesaran dan kekuasaan. Ia datang untuk menjadikan mereka Wakil Allah yang sejati di bumi ini. Sejarah telah membuktikan bahawa bilamana mereka (umat Islam) berbuat menurut petunjuk-petunjuk yang terkandung dalam Kitab ini, maka Kitab ini akan memperlihatkan kemampuannya untuk menjadikan mereka imam dan pemimpin dunia.
Tetapi sekarang, kegunaan Al-Quran bagi mereka hanyalah untuk disimpan di rumah untuk mengusir jin-jin dan hantu-hantu. Mereka menuliskan ayat-ayat Al-Quran pada lembaran-lembaran kertas lalu menggantungkannya pada leher mereka, atau mencelupkannya ke dalam air dan kemudian meminum airnya, dan mereka membaca ayat-ayat Al-Quran tersebut tanpa memahami ertinya, namun mereka mengharapkan untuk dapat memperoleh sesuatu berkat daripadanya. Mereka tidak lagi mencari petunjuk daripadanya untuk mengatur masalah-masalah kehidupan mereka. Mereka tidak lagi menjadikan Al-Quran sebagai pertimbangan untuk mengetahui apa yang harus mereka percayai, apa saja yang harus mereka kerjakan, dan bagaimana mereka harus melakukan transaksi-transaksi. Mereka menjauhi Al-Quran dalam menentukan hukum-hukum apa yang harus mereka ikuti dalam mengikat tali persahabatan dan membuat permusuhan, hak-hak apa yang dimiliki sesama manusia atas diri mereka dan juga hak-hak mereka sendiri atas sesama manusia.
Mereka menjauhi Al-Quran dalam dipatuhi perintahnya dan siapa pula yang harus ditentang perintahnya, dengan siapa mereka harus memelihara hubungan dan dengan siapa tidak, siapa teman mereka dan siapa musuh mereka, di mana letak kehormatan, kesejahteraan dan keberuntungan mereka, dan di mana letak kehinaan, kegagalan dan kerugian mereka?
Kaum Muslimin tidak lagi memeriksa masalah-masalah ini dengan Al-Quran. Mereka sekarang meminta petunjuk tentang masalah-masalah tersebut kepada orang-orang kafir, orang-orang musyrik, orang-orang yang sesat dan hanya mementingkan diri sendiri, kepada suara-suara iblis yang ada dalam diri mereka sendiri, dan mereka mengikuti apa saja yang dikatakan oleh unsur-unsur tersebut. Kerana itu mereka ditimpa bencana, yang pasti akan datang, menimpa siapa saja yang melupakan Allah dan yang mengikuti petunjuk selain dari petunjuk-Nya.”
Kuasa Al Quran
Kata Al Maududi lagi, Al-Quran mampu memberikan kepada anda manfaat apa pun yang anda inginkan dan sebanyak apa pun yang anda mahu. Kalau dari al-Quran, yang anda cari hanya manfaat yang kecil dan remeh, seperti untuk mengusir jin dan hantu-hantu, ubat untuk orang sakit batuk dan demam, kemenangan dalam pengadilan dan berjaya dalam mencari kerja, maka yang anda peroleh, memang, hanya hal-hal kecil itu saja. Bila yang anda cari hanya kekuasaan di atas dunia dan penguasaan terhadap alam semesta, maka anda juga akan memperolehnya. Dan kalau anda menginginkan untuk mencapai puncak kebesaran rohani, Al-Quran juga akan membawa anda ke sana. Ini hanyalah soal kemampuan anda untuk mengambil manfaat daripadanya. Al-Quran adalah bagaikan lautan: anda hanya mengambil dua titis air daripadanya, padahal, sebenarnya ia mampu memberikan air sebanyak lautan itu sendiri.
Subhanallah, apa perasaan anda sekarang? Tariklah nafas kita dalam-dalam. Ternyata kerja kita masih banyak untuk berterusan mentadabbur Al Quran dengan teguh dan benar. Dengan Al Quran kita perbetulkan salah faham umat. Harapan masih ada. Ternyata kita masih boleh bangkit dengan kekuatan sebenar tatkala cinta kita kepada Al Quran adalah cinta yang asli dan jujur. Cinta yang akan menemukan kita dengan formula kebangkitan umat. Rasulullah SAW dan para sahabat telah mencontohkan kepada kita. Sultan Al Fateh, Tariq Bin Ziad dan Salehuddin Al Ayubi pernah menemuinya, maka kini tiba giliran kita, para pemuda generasi baru. Binalah cinta suci terhadap Al Quran. Berilah sepenuhnya cinta kita kepada Al Quran kerana tanda kita cinta kepada Allah adalah dengan mencintai Al Quran. Mulakan dengan keaslian aqidah kita yang tetap, benar, diyakini dan dibuktikan dengan “total action”. Ya, iman yang bukan mandul, tetapi iman dan aqidah yang melahirkan “total action”, berprestasi untuk Islam! Cinta yang melahirkan natijah, bukan sekadar cinta romantika palsu!
Semoga Ramadhan kali ini memberi kita kesempatan untuk akrab dan faham Al Quran dan mendapat manfaat yang besar darinya di dunia dan di akhirat. Amin Ya Rabb.
© Langitilahi.com
Wednesday, July 13, 2011
10 Tips Persiapan Bertemu Ramadhan
Saturday, May 14, 2011
Reaksi 2011 : Pendaftaran Dibuka
Tuesday, April 12, 2011
Tuesday, March 8, 2011
Wednesday, March 2, 2011
"Biarkanlah ayah kalian!!"
Monday, February 21, 2011
Siapa Usamah b Zaid kontemporari?
Friday, February 18, 2011
HALUANSiswa KELANTAN SEMAKIN PRO-AKTIF
KOTA BHARU,18 Feb – Kelab Siswa Haluan semakin hari makin bergerak kehadapan dalam melaksanakan tugas mendidik dan berbakti kepada masyarakat. Oleh itu, Kelab Siswa Haluan Kelantan telah merapatkan lagi barisan-barisan penggerak dengan menyusun beberapa strategi dalam rangka menyediakan wadah untuk bergerak bersama para mahasiswa di sini.
Disini, wakil-wakil mahasiswa dari beberapa universiti dan kolej seluruh Kelantan telah berkumpul bagi mengemaskini gerak kerja supaya lebih tersusun pada masa akan datang. Suatu gelombang baru akan bergerak secara lebih konsisten dalam usaha memberi sinar kebaikan khususnya terhadap seluruh mahasiswa di Kelantan ini.
Ustaz ‘Ali Irfan Jamaluddin telah diangkat sebagai penasihat Kelab Siswa Haluan Kelantan, manakala pengerusinya yang baru ialah saudara Syed Hasan Al-Haddad. Saudara Ahmad Faris Zakaria pula dilantik sebagai Naib Pengerusi 1 yang baru manakala Naib Pengerusi 2 pula adalah saudari Amirah Hasanah Bt Rusli.
Dalam menghadapi cabaran-cabaran mendatang, barisan-barisan ini akan mengukuhkan pergerakan Kelab Siswa Haluan Kelantan ini dalam usaha mencapai objektif dan sasaran yang telah ditetapkan.
Menurut pengerusi Kelab Siswa Haluan Kelantan, Syed Hassan Al-Haddad, sesuatu kerja kebajikan itu perlu dirangka dengan tersusun dalam usaha menangani cabaran-cabaran globalisasi pada hari ini kerana kejahatan yang tersusun itu akan dapat mengalahkan kebaikan yang tidak tersusun. Oleh itu, kami telah mengemaskan strategi-strategi dalam usaha memupuk kefahaman yang sebenar, khususnya terhadap mahasiswa di sini.
Harapannya, Kelab Siswa Haluan Kelantan semakin pro-aktif dan menjadi wadah utama dalam gerak kerja mahasiswa di sini untuk memenuhi tuntutan kebajikan terhadap masyarakat. Program-program yang telah dilaksanakan akan ditingkat lagi mutunya dan penambahbaikan akan sentiasa dilakukan dari semasa ke semasa.
Disediakan Oleh:
Salman Bin Azmin
setiausaha 2 Kelab Siswa Haluan Kelantan.
Tuesday, February 1, 2011
Bersih dan Jernihkan Hati!
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Salam penuh penghormatan dan kemuliaan untuk kalian sidang pembaca yang budiman lagi dikasihi. Semoga Allah SWT merahmati perjalanan kehidupan kita semua.
Berpagian dengan keimanan
Syukur Alhamdulillah, ketika bangun dari tidur pagi ini saya benar-benar bertenaga dan begitu bersemangat. Bangun dengan hati yang senang, tenang dan girang. MasyaAllah. Seolah-olah ada suatu aura yang mengalir dalam jiwa dan hati saya. Begitu bermotivasi!
Saya sentiasa teringat nasihat seorang ulama :
“ Seorang mukmin yang bangun ketika azan Subuh berkumandang, ia adalah mukmin yang lalai dan lemah. Mukmin ia harus bangun dan persiapkan diri sebelum azan Subuh.”
Apa maknanya?
Inilah standard kehidupan mukmin. Ia berpagi-pagian dengan membersihkan diri dan hati dihadapan Allah SWT. MasyaAllah, apabila saya meneliti semula Sirah Rasulullah SAW – sememangnya- baginda Rasulullah SAW adalah seorang hamba Allah SWT yang sentiasa bangun awal di subuh hari dan memperuntukan waktu itu untuk bermunajat, berdoa dan menyendiri dengan Allah SWT.
Inilah muqadimmah kepada awal himmah. Untuk sentiasa bersemangat dengan keimanan, jiwa yang bernyala-nyala dengan tekad serta keazamanan yang tinggi – kita harus mulakannya dengan HATI yang sentiasa menjaga hubungan dengan Allah SWT.
Himmah, ia bertapak dihati
Seorang adik peserta kursus kendalian saya bertanya tentang himmah.
“ Abang, saya ini tidak punyai keyakinan dan tiada semangat untuk meneruskan kehidupan ini,” Soalnya lemah.
Saya menatap wajahnya. Kelihatan kelesuan, hilang daya diri dan benar-benar rendah keyakinan dirinya. Namun, terdapat sinar pengharapan yang menggunung di riak wajahnya itu. Saya memandangnya dengan penuh minat. Sambil tersenyum.
“ Adik, untuk memulakan kehidupan yang bersemangat dan penuh keyakinan – adik perlu tahu kata kuncinya,” Jawab saya mudah.
“ Apa dia, abang?,” Tanya dengan wajah yang berminat. Alhamdulillah.
“ Bersih dan jernihkan hati!,” Kata saya sambil menyentuh dada saya.
Kelihatan dahinya berkerut. Apa kaitannya?
Seperti yang saya nyatakan sebelum ini, himmah adalah pekerjaan hati. Bermula di sinilah, kita akan mengerakan segala kemahuan, keinginan, kehendak dan cita-cita diri untuk melakukan sesuatu. HATI adalah kekuatan kehidupan. Tanpa hati, kita semua adalah MATI!
Kita tanyakan sanubari dan hati kita masing-masing? Bagaimanakah keadaan hati kita semua? Bayangkan diminda kita keadaan hati kita ini.
Sesi refleksi di Kursus JDK Zon Timur
Ingin saya berkongsi dengan anda, suatu sesi refleksi yang saya lakukan semasa mengendalikan sebuah kursus di ILIM, Besut. Refleksi ini adalah mengenai hati.
Malam itu, ia adalah malam yang tenang dan damai. Namun, hati saya sedikit terganggu dan tidak tenang. Entah mengapa ia berlaku sebegitu. Sebelum memulakan sesi ini, saya solat sunat 2 rakaat memohon bantuan dan pertolongan Allah SWT agar jiwa saya tenang dan tenteram.
Alhamdulillah, saya dapat rasakan hembusan ketenangan daripada Allah SWT. Terasa kekuatan untuk mengendalikan kursus ini. Malam itu, saya berdiri dihadapan para peserta. Saya memandang tepat ke wajah dan mata-mata mereka. Saya melihat jauh di sudut pandangan mereka dengan pandangan keimanan dan kasih sayang.
“ Adik-adik, pada malam ini marilah kita sama-sama melihat salah satu nikmat dan anugerah pemberian Allah SWT kepada kita.” Saya mulakan sesi pada malam itu.
“ Marilah kita bayangkan keadaan hati kita. Hati yang asalnya bersih dan fitrah dengan putih ini harus disemak dan dinilai,”
“ Kata Maimum bin mahran – seorang ulama yang soleh- jika kita melakukan suatu dosa maka akan terbentuk satu bintik hitam di hati kita. Jika kita bertaubat, maka akan terhapuslah bintik hitam itu. Namun, jika sebaliknya maka hati kita akan bertambah bintik-bintik hitamnya sehinggalah hati itu benar-benar menghitam. Dan sehingga ia menjadi kaku, keras dan terus mati.”
Ketika itu, saya melihat dan membayangkan diri saya. Hati saya. Membayangkan dosa saya. Maksiat saya terhadap Allah SWT. Saya tersekat tanpa bicara.
Saat itu, saya melihat mata adik-adik berkaca-kaca. Ada yang tertunduk hiba melihat hati mereka. Suasana sepi tanpa bicara.
MasyaAllah, begitu lembut dan tulusnya hati mereka. – Malam itu, kami hiba mengenangkan hati sendiri. Hati yang akan menjadi modal utama untuk dipersembahkan dihadapan Allah SWT. Hati yang akan berbicara dihadapan Allah SWT tentang soal amal dan niat yang terjadi disepanjang sejarah kehidupan di dunia.
Malam melihat diri dan sanubari
“ Marilah kita tanya diri dengan jujur, ikhlas dan penuh ketulusan. Ia adalah hati yang kita miliki sementara untuk dijadikan peneman kehidupan. Bayangkan hati inilah yang kita bawa pulang dihadapan Allah SWT kelak. Apakah kita sanggup untuk menghadapinya?,”
Hati – inilah rahsia kekuatan dan kelemahan manusia. Kerana hati, manusia mampu melakukan perkara-perkara serta pekerjaan yang luar biasa tanpa batas. Dan kerana hati jua, manusia jatuh ke lembah kehinaan dan kenestapaan.
Perkongsian saya dalam post kali ini, agar kita memahami akar kepada kebangkitan semangat dan ruh himmah dalam diri kita. Ia harus kembali kepada basic dan asas. Ia adalah soal hati. Hati adalah tempat bertapaknya keimanan yang menjadi tunjang kepada ruh himmah.
Firman Allah SWT yang bermaksud :
“ Pada hari akhirat kelak, anak-anak tidak dapat memberikan apa-apa pertolongan, kecuali mereka yang datang dengan hati yang suci bersih.” [1]
Penutup – Komentar seorang hamba
1)- Teringat pesanan seorang Murabbi saya : “ Antara amalan yang paling baik untuk membersihkan diri ialah bangun awal dipagi hari melakukan solat sunat Tahajud di saat insan lain diulit mimpi indah.”
2)- Hati yang kita hajati ialah hati yang putih, bersih, jernih, sensitif, lembut dan peka. Bermula dari hati sebeginilah, akan terbangunnya keimanan yang akan memacu kebangkitan ruh himmah.
3)- Motivasi tarbawi seorang mukmin ialah Al-Quran, Zikrullah, Solat-solat sunnat dan amalan-amalan sunnah Rasulullah SAW. Jadi, usah tunggu lagi – ayuh kita bangkitkan rasa untuk memperhambakan diri hanyasanya kepada Allah SWT.
[1] Surah as-Syu’ara 26 : 88-89
Oleh: Ustaz Ali Irfan Jamaluddin (Pengerusi HALUANSiswa Kelantan)
Thursday, December 16, 2010
Muhasabah Diri
Pertama sekali saya ingin mengajak hati saya dan hati anda untuk sama-sama kita beristighfar kepada Rabb Yang Maha Mulia..Maha Pemurah kerana masih lagi memberikan kita peluang untuk hidup di atas muka bumi Allah ini...masih lagi mengurniakan kita kehidupan yang bahagia di samping keluarga,bergembira di samping sahabat handai.
Selawat dan salam ke atas junjungan Rasulullah SAW kerana dgn titisan darah dan peluh bagindalah kita dapat hidup dalam keimanan kepada Allah SWT.Tanpa pengorbanan baginda kita tidak akan mengecapi 2 nikmat yang terbesar sekali iaitu nikmat iman dan nikmat Islam.
Saya sering memujuk hati saya untuk selalu berfikir...bahawa selagi kita bernafas pada keesokan harinya..itu tandanya kita masih lagi diberi peluang oleh Allah S.W.T untuk bertaubat kepadaNya.Tetapi yang berlaku adalah sebaliknya.Apabila kita bangun sahaja,terus kita ingatkan bahawa kita punya masa lagi untuk berseronok...masih ada peluang lagi untuk kita terus melakukan dosa kepada Pencipta kita.Setiap hari kita bangun kita masih lagi lalai untuk menambahkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah S.W.T..Semakin lama kita diberi peluang semakin lama kita mencambahkan benih-benih dosa kita sendiri.
Ya!inilah realitinya kita...apabila kita berhadapan dengan sahabat, adik-adik atau "junior" kita..apabila sahabat kita memberi kemaafan kepada sahabat yang lain kita menempelak dia..kita katakan "alaahh engkau nie...makin bertambahlah lemak budak tu...dia buat banyak salah kat engkau tapi engkau senang je nak maafkan dia"..atau pun mungkin kata-kata ini lahir dalam hati kita jika emak kita maafkan adik kita yang buat kesalahan.."alah ummi nie selalu jer bagi peluang kat adik..kalau macam nie tak berubahlah dia".Namun sedarkah kita bahawa kita juga mengalami situasi yang sama ketika berhadapan dengan dosa-dosa kita???walaupun dosa-dosa kita makin bertambah dari hari ke hari..tetapi Allah tetap memberikan kita peluang untuk bertaubat kepadaNya.Kita masih lagi di samping keluarga kita..masih lagi di samping ibu bapa kita yang sentisa mengambil tahu pasal kewangan kita,sahabat-sahabat yang masih lagi ber'sms" dengan kita..bertanyakan khabar,bertanyakan result kita..dan saya yakin sehingga hari ini kita masih lagi boleh tersenyum.
Mari kita fikir sejenak......
Tidakkah kita fikir bahawa apabila sahaja kita bangun kita tidak boleh membuka mata..dunia terasa seakan-akan tidak mahu lagi bertemu kita...sinar cahaya seakan-akan merajuk dengan kita yang tidak pernah mensyukuri manfaat yang diberikan olehnya.Ibu-bapa hanya mampu menangis kesedihan apabila menyedari keadaan kita..ahli keluarga tergamam kerana baru semalam sahaja kita bergurau bersama mereka.Sahabat-sahabat datang menziarahi kita..hanya mampu memegang tangan mengucup dahi dan pergi meninggalkan kita.Mereka hanya mampu menangis dan terus menangis.Tetapi adakah pada masa itu kita akan menjerit,menangis,melolong dan berbuat apa sahaja untuk menarik perhatian orang sekeliling kita untuk kembali mendapat kita.Kita mahu terus hidup bersama mereka...mahu meminta maaf kepada ibu bapa kerana sepanjang kita hidup tidak pernah kita memahami ibu bapa kita.Pada masa itu,menangislah air mata darah sekalipun kita tidak akan mengubah keadaan,menjeritlah sekuat hati kita pun ianya terus akan berjalan dan berjalan.
Wahai saudaraku,
Kita hanya ingin meminta kepada Allah untuk hidupkan kita kembali untuk kita sambahyang sunat 2 rakaat sahaja....hanya 2 rakaat tidak lebih.Tetapi Itu tidak mungkin terjadi kerana kita sudah tidak bernyawa lagi!!kita sudah tidak mampu lagi untuk mengangkat tangan kita yang selama ini kita berbangga dengannya.Kita tidak mampu lagi untuk menyikat rambut kita yang selama ini kita berbangga dengan ketampanan dan kecantikan kita.Kita tidak mampu lagi untuk mengangkat kaki kita yang selama ini kita berbangga dengan otot pejal kita bahkan kita tidak mampu lagi untuk bergerak bebas tubuh badan kita kerana kita sudah kaku.Pada saat itu hanya pada amalanlah kita bergantung sama ada kita bakal mendapat teman yang bercahaya mulia atau gelap hina di dalam kubur nanti.
Wahai saudaraku,
Selalu beringatlah dengan kata-kata ini "jika kita menangis banyak di dunia ini,kita akan tersenyum bahagia di akhirat sana,tetapi jika kita ketawa banyak di dunia ini maka kita akan menangis dengan penuh penyesalan di akhirat kelak"...insyaAllah saya menulis ini bukanlah bermakna saya yang sempurna..tetapi saya menulis ini adalah pertamanya untuk mengingatkan diri saya sekali.Kita dilahirkan tanpa seurat benang semua..tidak pernah ada bayi yang lahirnya dia terus lengkap berpakaian.Jadi kita semua serupa...tidak berhak untuk menentukan keimanan siapa yang lebih tinggi.Allah SWT sahaja yang layak untuk menilai kita.Harapan saya semoga kita semua beroleh manfaat dari kalam ini.
InsyaAllah,sekian wassalam..
Oleh: Salman Al Farisi (HALUANSiswa Kelantan)
Asas Hijrah Mentauhidkan Allah Secara Total
1431H melabuhkan tirai, 1432H mendepani kehidupan kita. Pelbagai ragam dan pengalaman kehidupan telah kita rakamkan. Semoga 1431H yang kita lalui memberikan kebaikan kepada kehidupan kita, dan alangkah malang kiranya ianya berlalu dengan kerugian. Firman Allah SWT.:
“Sesungguhnya berjayalah orang yang menjadikan dirinya sentiasa bersih - bertambah-tambah bersih (dengan iman dan amal kebajikan), Dan sesungguhnya rugilah orang yang menjadikan dirinya (yang sedia bersih) dengan kekotoran (dosa dan maksiat).” (As-Syam:8-9)
Memperingati Hijrah Rasul pasti tidak lengkap tanpa kita menelusuri pengorbanan Rasulullah SAW dan para sahabat RA dalam meneruskan misi rahmatan lil ‘alamin saat mereka melewati marhalah awal dakwah. Saban tahun tatkala kita melewati tahun hijrah, serah dan kisah mereka akan kita ulang dan hidangkan buat umat Islam hari ini. Apakah hidangan yang indah dan mulia ini mampu membangkitkan selera iman kita atau hati kita masih hambar dan tidak berselera untuk menjadikan ibrah hijrah mereka sebabagi momentum perubahan dalam kehidupan kita?
Asas Hijrah Mentauhidkan Allah
Hijrah Rasulullah SAW sarat dengan pelajaran buat kita semua. Allah SWT mengutuskan Rasulullah SAW adalah untuk menyerukan tauhid untuk menghidupkan kembali agama nabi Ibrahim AS. Baginda diperintahkan menyerukan seluruh umat manusia agar membebaskan diri dari segala bentuk penyembahan terhadap selain Allah SWT baik berupa manusia, benda, makhluk, ideologi mahupun berhala. Justeru mereka tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apa pun. Mereka tidak bertuhankan satu sama lain kecuali Allah SWT. inilah dakwah Rasulullah SAW dan inilah juga dakwah kita saat ini. Hijrah kita seharusnya semakin menepati kepada tugas asasi kita iaitu mendakwahi diri kita, ahli keluarga kita dan seluruh manusia kepada Allah SWT.
Hijrah Rasulullah SAW sebelumnya bermula dengan siksaan dan penderitaan. Rasulullah SAW dan para sahabat RA yang bersama dengan baginda pada saat sebelum hijrah disiksa dan ditindas selama 13 tahun. Namun selama itu juga Rasulullah SAW tetap tidak menghentikan dakwahnya. Baginda masih terus berdakwah, baik secara sembunyi-sembunyi mahupun terang-terangan, baik ketika siang mahupun malam, terhadap penduduk Mekah dan kabilah-kabilah yang datang ke sana di musim haji.
Persoalannya sudahkah kita memulai dakwah? Apakah kita termasuk dalam sunnah terbesar yang Rasulullah SAW tunjukan kepada kita, menjadi aktivis dakwah! Inilah kerja payah yang telah Rasulullah SAW jalankan saat sebelum hijrah, saat daulah Islam tidak berbina lagi. Hijrah kita akan lebih bermakna tatkala kita mendaftarkan diri sebagai aktivis dakwah, kerana inilah sebenarnya tugas asasi kita.
Mencontohi Golongan Ansar
Kejayaan hijrah Rasulullah SAW sebenarnya bermula sebelum baginda memulakan hijrahnya lagi. Saat baginda berhadapan dengan kesukaran dan tekanan, akhirnya Allah swt membuka jalan kemenangan buat Rasulullah SAW. Tahun demi tahun berlalu dan musim berganti, dakwah Rasulullah SAW semakin mengukuh di bumi. Allah SWT telah menyiapkan sekelompok pendukung baginda dari Yathrib yang kemudiannya dikenali dengan Madinah. Allah SWT telah melapangkan hati mereka untuk menerima Islam. Kelompok kecil ini kemudiannya menjadi barisan hadapan kaum muslimin di Yathrib. Mereka pulang mebawa cahaya baru, berita gembira dan peringatan. Mereka melebarkan sayap dakwah yang suci ini. Akhirnya pada musin haji yang berikutnya jumlah mereka yang datang ke Mekah semakin bertambah, iaitu 73 orang lelaki dan 2 orang perempuan. Mereka berjanji setia kepada Rasulullah SAW untuk melindungi Rasulullah SAW sebagaimana mereka melindungi keluarga mereka sendiri. Mereka bertanya:
“Wahai Rasulullah, apa yang kami dapat apabila membaiatmu?”
Baginda menjawab: “Syurga”.
Mereka berkata: “Kami terima. Kami tidak akan menimbang-nimbang lagi. Kami sepakat.” Merekapun berbaiat untuk melindungi Allah dan Rasulnya.
Subhanallah, generasi Ansar dari Yathrib mengajar kita untuk bersama-sama mempertahankan dakwah Rasulullah SAW. Orentasi mereka adalah janji Allah dan janji Rasul iaitu meraih syurga yang hakiki. Mereka tidak berlengah dan tidak memberi asalasan untuk bersama menyertai perjuangan Rasulullah SAW.
Bagaimana dengan kita? Sudah berapa kali kita meraikan Ma’al Hijrah dan apakah komitmen kita terhadap dakwah dan Islam ini semakin kukuh atau sebaliknya? Kita boleh meletakkan apa sahaja slogan hijrah kita saban tahun, tetapi akar umbinya hijrah kita mestilah bersandarkan tauhid kepada Allah, mewarisi tugas dakwah sebagai tugas asasi kita dan mendaftatkan diri sebagai generasi ansar dalam mempertahankan Allah dan Rasul.
Selamat Berhijrah!
Sudah Bersiap Untuk Kematian?
“Berapakah umur anda?"
Orang tua itu menjawab: “60 tahun.”
Fudhail berkata: “Tidakkah anda sedar bahawa anda telah mengembara selama 60 tahun menuju Allah SWT dan sudah hampir tiba ke penghujung perjalanan”
Lelaki tua itu termenung dan kelu. Kemudian dia berbisik kepada Fudhail: “Inna lillahi wa Inna Ilaihi Rojiun” (Dari Allah kita datang dan kepada Allah kita kembali).
Fudhail bertanya: “Adakah anda faham apa yang anda ucapkan. Anda berkata bahawa anda adalah hamba Allah dan anda akan kembali kepada-Nya. Barangsiapa yang memahami hakikat bahawa dia adalah hamba Allah dan dia akan kembali kepada-Nya, wajib sedar bahawa dia akan ditahan pada Hari Keadilan. Barangsiapa yang sedar bahawa dia akan ditahan dan disoal, dia wajib sedar bahawa dia akan diminta pertanggungjawabkan apa yang telah dia lakukan. Barangsiapa yang sedar bahawa dia diminta pertanggungjawabkan segala yang dilakukan semasa dia hidup, dia akan membuat persiapan mulai sekarang.”
Lelaki tua itu bertanya: “Apa yang patut saya lakukan?”
“Mudah saja”: Kata Fudhail, “Buatlah amal soleh dalam sisa-sisa usia yang masih ada. Allah SWT akan mengampuni anda. Jika tidak, anda akan dipertanggungjawabkan apa yang telah anda lakukan dan apa yang akan anda lakukan”
Anak-anak yang dikasihi. Dialog ringkas yang tarbawi ini memberikan kita pedoman mengenai satu hakikat bahawa kita diciptakan oleh Allah SWT untuk kematian. Sejak hari kelahiran kita lagi kita adalah dalam perjalanan untuk bertemu dengan Allah SWT melalui pintu kematian.
Marilah kita melalui permusafiran kita menuju Allah SWT dengan menyemak diri kita dan mulakan proses melakukan sebanyak mungkin amal soleh dan terus menerus bertaubat dan meninggalkan terus aktiviti-aktiviti dosa dan yang menyebabkan kemurkaaan Allah SWT.
Oleh: Hj Rosdi Baharom - Penasihat HALUANSiswa Kelantan
Sunday, December 12, 2010
Of Talking and Acting
any one of you sees anything that is disapproved (of by Allah), let him
change it with his hand. If he is not able to do so, then let him
change it with his tongue. And if he is not able to do so, then let him
change it with his heart, though that is the weakest (kind of) faith."
powerful this hadeeth was, it made me tremble of fear. Fearful of my
undone duties. Fearful of my long neglected faith. I realized then, I
was simply satisfied of having the weakest kind of faith. I felt enough
by just loathing and leaving a disapproving stare.
hadeeth opened my eyes wide. Really wide. I've been idling for too
long, feeling enough of something that thin. Something which I am so
sure will take me nowhere. Yet I just let it be.
then I made the decision. I HAVE TO SPEAK UP. I have to carry this duty
with me. I have to see the efforts of enjoining ma'ruf and prohibiting
munkar as a profession.
had the opportunity to mix and mingle with all kinds of people, of
different gender, age group, job and status, even nationalities.
it is our unparallel words and acts that make people blinded of your
light, forgive us ya Allah. If it is our unparallel words and acts that
makes people sick of listening to your words, forgive us ya Allah!
we treated the people around us as brothers? Or do we just show our
loves on those close to us..those who share the same fikrah?
Allah, help me in fulfilling my words. I have spoken too much, yet
acted too little. Help me be prepared, O God, for I know every word I
say, is my accountability.
Mars HALUAN
Create a playlist at MixPod.com